Jembatan Jerambeh Gantung Usung Tiga Konsep

PANGKALPINANG, DISKOMINFO – Budayawan dan Sejarawan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Akhmad Elvian menjelaskan kehadiran Jembatan Jerambeh Gantung yang dibangun Pemerintah Kota Pangkalpinang mengusung tiga konsep. Tiga konsep yakni menghargai masa lalu (honoring the past), merayakan masa kini (celebrating the present), dan merangkul masa depan (embracing the future). 

Elvian membeberkan, berdasarkan konsep tersebut, menghargai masa lalu menjelaskan Jembatan Air Kerabut merupakan aset peninggalan Pemerintah Belanda sejak tahun 1938 seperti yang tertulis disalah satu bagian Jerambah Gantung yang lama. Hal ini tentunya memiliki nilai sejarah yang panjang dan wajib untuk di hargai. 

Konsep kedua, Wali Kota membangun jembatan tersebut dan meresmikannya hari ini guna membantu masyarakat dari dan ke Pangkalpinang dengan harapan menjadikan daerah tersebut menjadi pusat ekonomi baru di masa depan serta menjadikan daya tarik di Kota Beribu Senyuman yang dijelaskan pada konsep terakhir dari pembangunan tersebut. 

Melihat sejarah pembangunan jembatan tersebut, bermula sejak tahun 1951 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda membangun jalan raya yang menjadi penghubung antar wilayah Pangkalpinang dan Merawang. Disamping itu pemerintah Belanda mendirikannya pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 1917 di Kelurahan Tanjung Mantung – Belinyu. Saluran listrik tersebut digunakan untuk penerangan seluruh Pulau Bangka mulai dari perumahan penduduk, jalan, serta menjadi sumber tenaga bagi beroperasinya tambang timah dipulau bangka. 

Pada 1927, Pemerintah Belanda mulai menerapkan mekanisasi dalam penambangan timah termasuk melakukan peleburan timah menggunakan oven berpendingin air (Oven Vlanderen) menggunakan tenaga listrik yang sering disebut “Puput” oleh warga Pulau Bangka. Hal ini menjadikan Merawang menjadi lokasi pendirian pembangkit listrik selanjutnya oleh pemerintah belanda yang berguna untuk mensuplai aliran listrik bagi penambang timah tersebut. 

Jaringan listrik dengan kabel udara disambungkan dari pusat tenaga listrik Merawang kemudian disalurkan ke seluruh daerah Pangkalpinang melalui daerah Air Kerabut.  Dengan alasan keselamatan penduduk, pemerintah belanda membangun jaringan-jaringan listrik bertegangan tinggi agar tidak melewati perkampungan yang ada di Pangkalpinang.  Jaringan listrik antar wilayah dibangun dengan jatak yang tidak terlampau jauh. Demi kegunaan sebagai jalur inspeksi yang bertujuan untuk pengawasan dan pemeliharaan kabel udara dan tiang listrik, pada tahun 1938 dibangunlah Jerambah Gantung yang melintas diantara rawa-rawa dan sungai oleh Pemerintah Belanda yang letaknya di wilayah Air Kerabut yang merupakan salah satu anak dari Sungai Pandek. 

Lebih lanjut, pria yang menjabat Sekretaris DPRD Kota Pangkalpinang berharap kepada Pemerintah Kota Pangkalpinang melalui Dinas Pariwisata maupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar dapat merenovasi Jerambah Gantung tersebut sesuai dengan model lamanya sehingga dapat dijadikan tempat wisata ikonik terbaru di Kota Beribu Senyuman. 

“Saya berharap Jerambah yang berdiri sejak tahun 1938 itu dapat dipugar kembali untuk kepentingan pariwisata serta sejarah dan pembelajaran arsitektur bangunannya. Sehingga hal tersebut menjadi daya tarik lebih bagi kelurahan jerambah gantung”, pungkas Elvian. 

Elvian juga berpesan kepada masyarakat agar menjaga bangunan, termasuk berhati-hati saat melakukan swafoto ketika mengunjungi area tersebut mengingat kawasan Jembatan Air Kerabut merupakan kawasan lalu lintas kendaraan dan habitat buaya muara. (Eka)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Pangkalpinang

Penulis: Eka

Fotografer: Eka

Editor: Ira | Zulfahmi

Comments (0)
Add Comment